Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti
tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atauIshikawa
Diagram diperkenalkan
oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang,
sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7
basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuahteam cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague,
2005, p. 247).
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika
masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone
diagram ini dapat
menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user
friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri
manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008, para. 1–6).
Fishbone diagram akan
mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah,
dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur,
kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming.
Untuk lebih jelasnya, saya akan menguraikan prosedur atau
langkah-langkah pembuatan fishbone diagram di bawah ini.
Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram
Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu
sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira
mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat
untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat
yang perlu disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau spidol.
Langkah 1:
Menyepakati pernyataan masalah
- Sepakati
sebuah pernyataan masalah (problem
statement). Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai
“effect”, atau secara visual dalamfishbone seperti “kepala ikan”.
- Tuliskan
masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan, misal:
“Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
- Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak (lihat Gambar 1).
Langkah 2:
Mengidentifikasi kategori-kategori
- Dari
garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap
cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini
diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishboneseperti “tulang ikan”.
- Kategori
sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal
dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:
- Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri
manufaktur:
- Machine (mesin atau
teknologi),
- Method (metode atau
proses),
- Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),
- Man Power (tenaga
kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
- Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
- Milieu / Mother Nature (lingkungan).
- Kategori 8P yang biasa
digunakan dalam industri jasa:
- Product (produk/jasa),
- Price (harga),
- Place (tempat),
- Promotion (promosi atau
hiburan),
- People (orang),
- Process (proses),
- Physical Evidence (bukti fisik), dan
- Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
- Kategori 5S yang biasa
digunakan dalam industri jasa:
- Surroundings (lingkungan),
- Suppliers (pemasok),
- Systems (sistem),
- Skills (keterampilan),
dan
- Safety (keselamatan).
- Kategori
di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang
dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar
4 sampai dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.
Langkah 3:
Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
- Setiap
kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
- Saat
sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut
harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu
tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan,
misal: “Mengapa bahaya potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti
prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah
“Man”.
- Sebab-sebab
ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari
garis diagonal.
- Pertanyakan
kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil
(sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa karyawan
disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai APD” (lihat
Gambar 3).
- Satu
sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan
dengan beberapa kategori.
Langkah 4:
Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
- Setelah
setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua
sebab-sebab dan sub-subnya.
- Jika
ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan
merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
- Kaji
kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”
- Pertanyaan
“Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari permasalahan
teridentifikasi.
- Tanyakan
“Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau
sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.
- Lingkarilah
sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram (lihat
Gambar 4).
Diskusi
selama sesi brainstorming hendaknya dirangkum, seperti terlihat
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Rangkuman diskusi pada sesi brainstorming fishbone diagram
Rangkuman diskusi pada sesi brainstorming fishbone diagram
Possible Root Cause
|
Discussion
|
Root Cause?
|
MAN
|
||
Kemampuan karyawan melakukan tugas (cedera
lama, fisik)
|
Cedera personil teridentifikasi saat
briefing K3*. Pelaksanaan tugas tidak tergantung pada fisik.
|
N
|
Tidak tahu prosedur K3
|
Awareness training di OJT sudah disediakan
|
N
|
Tidak mengikuti prosedur K3
|
Karyawan baru di-briefing K3 dan sistem penalti
|
N
|
Tidak menghadiri training K3
|
Pelatihan K3 diberikan dalam orientasi dan
OJT
|
N
|
MACHINE / TOOLS
|
||
Tinggi tempat kerja rendah
|
Bukan akar masalah jika metode dapat diubah
|
N
|
Part sudah usang
|
Tidak ada part usang menyebabkan insiden
|
N
|
Tidak ada tanda bahaya
|
Tanda bahaya sudah ada
|
N
|
METHOD
|
||
Prosedur tidak diperbaharui
|
Review prosedur rutin setahun sekali
|
N
|
Tidak ada prosedur K3
|
Prosedur meliputi prosedur K3 untuk semua
kegiatan
|
N
|
Prosedur K3 salah
|
Prosedur sudah ditinjau oleh supervisor,
manajer, dept. head
|
N
|
Prosedur K3 membingungkan
|
Prosedur sudah ditinjau oleh supervisor,
manajer, dept. head
|
N
|
Prosedur terlalu manual
|
Bag dipegang operator, perlu memastikan tidak ada
kebocoran oli, dll.
|
Y
|
Tidak ada komunikasi K3
|
Disertakan dalam OJT
|
N
|
MATERIAL
|
||
APD** yang salah
|
Verifikasi dengan vendor sebelum membeli
|
N
|
Material yang tidak bisa
diandalkan bahan (bag kimia)
|
Bag plastik rentan robek bila menyentuh objek
tajam
|
Y
|
Kualitas rendah (pipa, APD, bagkimia)
|
Verifikasi dengan vendor sebelum membeli
|
N
|
Material yang digunakan salah (pipa, APD, bag kimia)
|
Verifikasi dengan vendor sebelum membeli
|
N
|
Tidak ada APD yang disediakan
|
APD sudah disediakan untuk semua aktivitas
berbahaya
|
N
|
*) K3 = Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
**) APD = Alat Pelindung Diri
**) APD = Alat Pelindung Diri
Dari contoh di atas, fishbone diagram dapat menemukan akar permasalahan,
yaitu kabut oli selama ini dibersihkan dengan ditampung di bagplastik
yang rentan robek dan selama tidak ada bag plastik ada kemungkinan oli menetes
jika kran rusak, solusi bisa dengan menambahkan containment
trayatau safety cabinet yang permanen menempel pada pipa.
Jika masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa
meninggalkan fishbone diagram di dinding selama beberapa hari untuk
membiarkan ide menetas dan membiarkan orang yang lalu lalang turut
berkontribusi. Jika fishbone diagram terlihat timpang atau sempit, kita
bisa mengatur ulang fishbone
diagram dengan
kategori sebab utama yang berbeda. Kunci sukses fishbone
diagram adalah terus
bertanya “Mengapa?”, lihatlah diagram dan carilah pola tanpa banyak bicara, dan
libatkan orang-orang di “grass root” yang terkait dengan masalah karena
biasanya mereka lebih mengerti permasalahan di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar