Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan sistematik yang menerapkan suatu
metode pentabelan untuk membantu proses pemikiran yang digunakan oleh engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan
potensial dan efeknya. FMEA merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan dari
sebuah sistem untuk menentukan efek dari kegagalan dari sistem tersebut.
Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak yang diberikan terhadap kesuksesan
suatu misi dari sebuah sistem.
Secara umum, FMEA (Failure Modes and Effect Analysis)
didefinisikan sebagai sebuah teknik yang mengidentifikasi tiga hal, yaitu :
·
Penyebab kegagalan
yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses selama siklus hidupnya,
·
Efek dari kegagalan
tersebut,
·
Tingkat kekritisan
efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk, dan proses.
FMEA merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa
keandalan suatu sistem dan penyebab kegagalannya untuk mencapai persyaratan
keandalan dan keamanan sistem, desain dan proses dengan memberikan informasi
dasar mengenai prediksi keandalan sistem, desain, dan proses. Terdapat lima
tipe FMEA yang bisa diterapkan dalam sebuah industri manufaktur, yaitu :
·
System, berfokus
pada fungsi sistem secara global
·
Design, berfokus
pada desain produk
·
Process, berfokus
pada proses produksi, dan perakitan
·
Service, berfokus pada fungsi jasa
·
Software, berfokus pada fungsi software
Berikut ini adalah tujuan yang dapat dicapai oleh
perusahaan dengan penerapan FMEA:
·
Untuk
mengidentifikasi mode kegagalan dan tingkat keparahan efeknya
·
Untuk
mengidentifikasi karakteristik kritis dan karakteristik signifikan
·
Untuk mengurutkan
pesanan desain potensial dan defisiensi proses
·
Untuk membantu fokus
engineer dalam mengurangi perhatian terhadap produk dan proses, dan membentu
mencegah timbulnya permasalahan.
Dari penerapan FMEA pada perusahaan, maka akan dapat
diperoleh keuntungan – keuntungan yang sangat bermanfaat untuk perusahaan, (Ford
Motor Company, 1992) antara
lain:
·
Meningkatkan
kualitas, keandalan, dan keamanan produk
·
Membantu
meningkatkan kepuasan pelanggan
·
Meningkatkan citra
baik dan daya saing perusahaan
·
Menurangi waktu dan
biaya pengembangan produk
·
Memperkirakan
tindakan dan dokumen yang dapat menguangi resiko
Sedangkan manfaat khusus dari Process FMEA bagi perusahaan adalah:
·
Membantu
menganalisis proses manufaktur baru.
·
Meningkatkan
pemahaman bahwa kegagalan potensial pada proses manufaktur harus
dipertimbangkan.
·
Mengidentifikasi
defisiensi proses, sehingga para engineer dapat berfokus pada pengendalian untuk
mengurangi munculnya produksi yang menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan
yang diinginkan atau pada metode untuk meningkatkan deteksi pada produk yang
tidak sesuai tersebut.
·
Menetapkan prioritas
untuk tindakan perbaikan pada proses.
·
Menyediakan dokumen
yang lengkap tentang perubahan proses untuk memandu pengembangan proses
manufaktur atau perakitan di masa datang.
Output dari Process FMEA adalah:
·
Daftar mode
kegagalan yang potensial pada proses.
·
Daftar critical characteristic dan significant
characteristic.
·
Daftar tindakan yang
direkomendasikan untuk menghilangkan penyebab munculnya mode kegagalan atau
untuk mengurangi tingkat kejadiannya dan untuk meningkatkan deteksi terhadap
produk cacat bila kapabilitas proses tidak dapat ditingkatkan.
FMEA merupakan dokumen yang berkembang terus. Semua
pembaharuan dan perubahan siklus pengembangan produk dibuat untuk produk atau
proses. Perubahan ini dapat dan sering digunakan untuk mengenal mode kegagalan
baru. Mengulas dan memperbaharui FMEA adalah penting terutama ketika:
·
Produk atau proses
baru diperkenalkan.
·
Perubahan dibuat
pada kondisi operasi produk atau proses diharapkan berfungsi.
·
Perubahan dibuat
pada produk atau proses (dimana produk atau proses berhubungan). Jika desain
produk dirubah, maka proses terpengaruh begitu juga sebaliknya.
·
Konsumen memberikan
indikasi masalah pada produk atau proses.
Beberapa
Tipe FMEA
Terdapat tiga tipe
utama FMEA yaitu:
·
System FMEA – Digunakan untuk menganalisa
keseluruhan sistem atau sub-sistem pada saat penyusunan konsep di fase Design
(dalam siklus DMAIC)
·
Design FMEA – Digunakan untuk menganalisa
rancangan produk sebelum dirilis/diproduksi oleh manufaktur.
·
Process FMEA – Jenis yang paling sering
digunakan, dan di banyak kasus merupakan metode yang paling mudah diterapkan
dibanding dua jenis lainnya.
10
Langkah FMEA
Untuk melakukan FMEA,
sangat disarankan untuk membuat tabel yang akan membantu analisa anda. Format
tabel dapat bervariasi. Anda dapat menemukan salah satu templateFMEA pada
tautan di akhir artikel ini.
1. Tulis semua langkah
utama pada proses dalam kolom pertama. Langkah-langkah inilah yang menjadi kerangka
proses.
2. Buat daftar potensi
kesalahan (failure mode) untuk setiap langkah proses. Analisa dan
temukan titik-titik kesalahan yang mungkin terjadi di setiap tahapan proses.
3. Buat daftar mengenai
efek dari failure mode yang ada dalam daftar sebelumnya. Jika
terjadi kesalahan, perkirakan efek yang akan dirasakan oleh process
owner (anda) dan oleh pelanggan anda.
4. Buatlah rating, efek
mana yang paling besar hingga yang paling kecil. Beri angka 1 untuk yang
efeknya paling kecil, dan 10 untuk yang efeknya paling besar. Pastikan tim
memahami dan menyetujui rating tersebut sebelum anda memulai. Masukkan angka
pada kolom ‘SEV’ (severity).
5. Identifikasi penyebab
dari failure mode (kesalahan) sehingga menimbulkan efek
tersebut. Buatlah rating seperti yang anda lakukan pada daftar efek diatas yang
mengidentifikasi penyebab mana yang paling mungkin dan mana yang paling tidak
mungkin. Beri angka 1 untuk yang paling rendah kemungkinannya dan 10 untuk yang
paling tinggi kemungkinannya. Masukkan dalam kolom ‘OCC’ (occurence).
6. Identifikasi kontrol
yang ada untuk mendeteksi isu-isu kesalahan yang ada dalam daftar anda, dan
buat rating berdasarkan efektifitasnya dalam mendeteksi dan mencegah kesalahan.
Nilai 1 artinya anda memiliki kontrol yang dapat dibilang sempurna, dan angka
10 berarti anda tidak memiliki kontrol apapun terhadap failure,
atau memiliki kontrol namun sangat lemah. Masukkan dalam kolom ‘DET’ (detection).
Jika ada SOP yang teridentifikasi, catatlah nomor SOP tersebut.
7. Kalikan angka-angka
pada kolom severity (SEV), occurence (OCC),
dan detection (DET) dan masukkan hasilnya pada kolom ‘risk
priority number’ (RPN). Kolom ini akan menghasilkan angka-angka yang akan
membantu tim anda untuk menetapkan prioritas fokus. Jika, misalnya, anda
memiliki poin severity 10 (paling besar efeknya), occurence 10
(terjadi setiap waktu), dan detection 10 (tidak terdeteksi),
nilai RPN menjadi 1000. Ini berarti kondisi telah sangat serius.
8. Sortir nilai pada RPN
dan identifikasi isu yang paling kritikal dan mendesak untuk segera ditangani.
Tim harus membuat prioritas fokus.
9. Tetapkan tindakan
spesifik yang akan dilakukan dan delegasikan kepada orang yang bertanggung
jawab di area tersebut. Jangan lupa untuk menentukan deadline tanggal,
kapan tindakan ini harus mulai/selesai dilakukan.
10. Setelah tindakan
dilakukan, hitung ulang nilai occurence dan detection.
Dalam banyak kasus, nilai severity tidak perlu diubah kecuali
jika pelanggan memutuskan bahwa hal tersebut bukanlah isu yang penting.
Kesalahan
dalam Pembuatan FMEA
Satu kesalahan besar
yang sering dilakukan dalam pembuatan FMEA adalah
menghabiskan waktu membuat dokumentasi dan kemudian hanya menyimpannya dalam
laci atau lemari.FMEA adalah
dokumen yang dinamis, yang tetap diperlukan dan harus digunakan selama proses
atau produk yang terkait dengannya masih berjalan/diproduksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar