Fault Tree Analysis (FTA) Fault Tree Analysis dikembangkan
sekitar tahun 1962, oleh disebabkan karena banyaknya kejadian kecelakaan udara.
Dilakukan oleh Bell Telephone Laboratories. FTA berorientasi pada fungsi
(function oriented) atau yang lebih dikenal dengan “top down” approach karena
analisa ini berawal dari sistem level (top) dan meneruskannya kebawah.Titik
awal dari analisa ini adalah pengidentifikasian mode kegagalan fungsional pada
top level dari suatu sistem atau subsistem. 2.2.1 Pengertian FTA FTA adalah
teknik yang banyak dipakai untuk studi yang berkaitan dengan resiko dari
keandalan dari suatu sistem engineering. Event potensial yang menyebabkan
kegagalan dari suatu sistem engineering dan probabilitas terjadinya event
tersebut dapat ditentukan dengan FTA. Sebuah TOP event yang merupakan definisi
dari kegagalan suatu sistem (system failure), harus ditentukan terlebih dahulu
dalam mengkonstruksikan FTA. Sistem kemudian dianalisa untuk menemukan semua
kemungkinan yang didefinisikan pada top event. Fault Tree adalah sebuah model
grafis yang terdiri beberapa kombinasi kesalahan (faults) secara paralel dan
secara berurutan yang mungkin menyebabkan awal dari failure event yang sudah
ditetapkan. Setelah mengidentifikasi top event, event-event yang memberi
kotribusi secara langsung terjadinya top event diidentifikasi dan dihubungkan
ke top event dengan memakai hubungan logika (logical link). Gerbang AND (AND
Gate) dan sampai dicapai event dasar yang independent dan seragam (mutually
independent basic event). Analisa deduktif ini menunjukkan analisa kualitatif
dan kuantitatif dari sistem engineering yang dianalisa. Sebuah fault tree
mengilustrasikan keadaan dari komponen-komponen sistem (basic event) dan
hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang dipakai untuk
menyatakan gerbang logika (logika gate). Output dari sebuah gerbang logika
ditentukan oleh event yang masuk kegerbang tersebut. Sebuah FTA secara umum
dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu - Mendefinisikan problem dan kondisi batas
(boundary condition) dari sistem - Pengkonstruksian fault tree -
Mengidentifikasi minimal cut sets - Analisa kualitatif fault tree 2.2.2 Tujuan
FTA 1. Mengidentifikasi kombinasi dari equipment failure dan human error yang
dapat menyebabkan terjadinya suatu kejadian yang tidak dikehendaki (accident
events). 2. Dilakukan untuk prediksi kombinasi kejadian yang tidak dikehendaki,
sehingga dapat dilakukan koreksi untuk meningkatkan product safety,memperkecil
plant failure dan plant injuries. 2.2.3 Definisi Problem dan Kondisi Batas
Aktifitas pertama dari fault tree analysis terdiri dari dua step, yaitu: -
Mendefinisikan critical event yang akan dianalisa - Mendefinisikan boundary
condition untuk dianalisa Critical event yang akan dianalisa secara normal
disebut dengan top event. Penting kiranya untuk mendefinisikan top event dengan
jelas dan tidak kabur (unambiguous). Diskripsi dari top event seharusnya selalu
memberikan jawaban terhadap pertanyaan apa (what), dimana (where), dan kapan
(when). What, mendeskripsikan tipe dari critical event yang sedang terjadi,
sebagai contoh kebakaran (fire). Where, mendeskripsikan dimana critical event
terjadi, sebagai contoh critical event terjadi di process oxidation reactor.
When, mendeskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical
event terjadi pada saat pengoperasian normal. Agar analisis dapat dilakukan
secara konsisten, adalah hal penting bahwa kondisi batas bagi analisa
didefinisikan secara hati – hati. Dari kondisi batas, kita akan memiliki
beberapa pemahaman sebagai berikut: - Batas fisik sistem, Bagian mana dari
sistem yang akan dimasukkan dalam analisa dan bagian mana yang tidak ? -
Kondisi awal, kondisi pengoperasian sistem yang bagaimana pada saat top event
terjadi ? Apakah sistem bekerja pada kapasitas yang penuh / sebagian ? -
Kondisi batas yang berhubungan dengan stres eksternal, apa tipe stres eksternal
yang seharusnya disertakan dalam analisa? - Level dari resolusi, seberapa
detail kita akan mengidentifikasi berbagai alasan potensial yang menyebabkan kegagalan
?
Pengkostruksian Fault Tree Pengkostruksian fault event
selalu bermula dari top event. Oleh karena itu, berbagai fault event yang
secara langsung, penting, dan berbagai penyebab terjadinya top event harus
secara teliti diidentifikasi. Berbagai penyebab ini dikoneksikan ke top event
oleh sebuah gerbang logika. Penting kiranya bahwa penyebab level pertama
dibawah top event harus disusun secara terstruktur. Level pertama ini sering
disebut dengan top structure dari sebuah fault tree. Top structure ini sering
diambil dari kegagalan modul – modul utama sistem, atau fungsi utama dari
sistem. Analisa dilanjutkan level demi level sampai semua fault event telah
dikembangkan sampai pada resolusi yang ditentukan. Analisa ini merupakan
analisa deduktif dan dilakukan dengan mengulang pertanyaan “Apa alasan
terjadinya event ini ?”. Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam
mengkostruksikan FTA, berikut ini beberapa aturan yang dipakai untuk
mengkonstruksikan sebuah FTA. - Diskripsikan fault event, masing-masing basic
event harus didefinisikan secara teliti (apa, dimana, kapan) dalam sebuah
kotak. - Evaluasi fault event, kegagalan komponen dikelompokkan dalam tiga
kelompok yaitu, primary failures, secondary failures, dan command faults. -
Lengkapi semua gerbang logika, semua input ke gate tertentu harus didefinisikan
dengan lengkap dan didiskripsikan sebelum memproses gate lainya. Fault tree
harus diselesaikan pada masing – masing level sebelum memulai level berikutnya.
Evaluasi Kualitatif Fault Tree Evaluasi kualitatif Fault
Tree dapat dilakukan berdasarkan minimal cut set. Kekritisan dari sebuah cut
set jelas tergantung pada jumlah basic event didalam cut set (orde dari cut
set). Sebuah cut set dnegan orde dua atau lebih. Jika sebuah fault tree memiliki
cut set dengan orde satu, maka top event akan terjadi sesaat setelah basic
event yang bersangkutan terjadi. Jika sebuah cut set memiliki dua basic event,
kedua event ini harus terjadi secara serentak agar top event dapat terjadi.
Faktor lain yang penting adalah jenis basic event dari sebuah minimal cut set.
Kekritisan dari berbagai cut set dapat dirangking berdasarkan dari basic event
berikut ini : - Human Error - Kegagalan komponen / peralatan aktif (active
equpiment failure) - Kegagalan komponen / peralatan pasif (passive equipment
failure) - Faktor lingkungan (Environment) Peringkat ini disusun berdasarkan
asumsi bahwa human error lebih sering terjadi dari pada kegagalan komponen
aktif, dan komponen aktif lebih rentan terhadap kegagalan dibandingkan komponen
pasif, demikian pula terhadap faktor lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar