7 Perusahaan Bangkrut Di
Indonesia
REFORMASI di bidang ekonomi di Indonesia ternyata tidak berjalan
searah dengan beberapa bisnis berskala besar, yang melibatkan investor asing.
Beberapa perusahaan yang memiliki produk dikenal di tanah air, rontok satu per
satu. Alasannya tidak hanya satu. Namun faktor kesulitan finansial menjadi
anasir terkuat ambruknya bisnis berlabel internasional tersebut.
Berikut 7
perusaaan dengan investor asing yang bangkut di Indonesia.
1.
Ford Motor Indonesia
Ford Motor Indonesia (FMI) membuat pengumuman mengejutkan. Agen pemegang merek (APM) mobil Ford di Tanah Air tersebut berencana menghentikan semua aktivitas bisnisnya di mulai semester II-2016. Pengumuman tersebut tertulis dalam laman resmi ford.co.id.
Ford Motor Indonesia (FMI) membuat pengumuman mengejutkan. Agen pemegang merek (APM) mobil Ford di Tanah Air tersebut berencana menghentikan semua aktivitas bisnisnya di mulai semester II-2016. Pengumuman tersebut tertulis dalam laman resmi ford.co.id.
Pihak Ford
menyampaikan, tetap berkomitmen untuk melayani pasar global, sekaligus
merestrukturisasi secara agresif bagian-bagian bisnis yang tidak memungkinkan
Ford bersaing secara efektif.
Dalam
surel resmi, alasan tutupnya FMI adalah tidak adanya peluang keuntungan yang
bersinambungan dari bisnis yang dibangun di Indonesia. Oleh karena itu,
pabrikan otomotif asal Amerika Serikat itu memutuskan untuk menghentikan
seluruh operasi di Indonesia sebelum akhir 2016.
2.
Toshiba
Pelemahan ekonomi dunia ikut mempengaruhi investasi di sektor manufaktur Indonesia. Hal ini dirasakan perusahaan raksasa elektronik asal Jepang, Toshiba. Mereka menegaskan bakal hengkang dari tanah air pada April 2016. Pabrik tersebut juga tak lagi beroperasi di Indonesia.
Pelemahan ekonomi dunia ikut mempengaruhi investasi di sektor manufaktur Indonesia. Hal ini dirasakan perusahaan raksasa elektronik asal Jepang, Toshiba. Mereka menegaskan bakal hengkang dari tanah air pada April 2016. Pabrik tersebut juga tak lagi beroperasi di Indonesia.
Penutupan
pabrik perusahaan Toshiba terjadi akibat melemahnya daya beli masyarakat.
Imbasnya, penjualan produk perusahaan ini turun drastis. Presiden Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjelaskan, Toshiba lebih dulu
merumahkan ribuan pegawai di Cikarang, Bekasi. Toshiba mempunyai enam pabrik.
Namun, satu-persatu mulai angkat kaki dalam kurun 10 tahun terakhir.
“Jadi
tidak ada lagi pabrik Toshiba. Yang ada hanya produksi printer Toshiba di
Batam, tapi skalanya kecil. Nah yang tutup ini adalah pabrik televisi Toshiba
terbesar di Indonesia, selain di Jepang,” kata Iqbal di Jakarta.
3.
Panasonic
Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta munurunnya produksi dalam beberapa waktu terakhir, mulai dirasakan pelaku usaha di Pasuruan. Panasonic, contohnya. Kelompok buruh tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) angkat suara soal perusahaan raksasa elektronik di Indonesia yang satu per satu resmi ditutup.
Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta munurunnya produksi dalam beberapa waktu terakhir, mulai dirasakan pelaku usaha di Pasuruan. Panasonic, contohnya. Kelompok buruh tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) angkat suara soal perusahaan raksasa elektronik di Indonesia yang satu per satu resmi ditutup.
Dampak
langsung segara dirasakan para buruh. Mereka kehilanngan mata pencaharian, juga
penghasilan. Dua pabriknya resmi ditutup, di Pasuruan (600 orang buruh di PHK)
dan di kawasan EJIP Cikarang (sekira 1000 orang buruh di PHK). Jumlah yang
di-PHK kurang lebih 2500 orang buruh. Separuhnya dan Panasonic.
Secara
bersamaan, tutupnya pabrik tersebut dibarengi dengan investasi dari Tiongkok,
yang disebut-sebut merupakan proyek mercusuar. Investasi Tiongkok mencakup SDm.
Mereka membawa buruh unskill,
seperti operator, supir forklift, juru masak dll.
4.
Sharp
Sharp Corp mengalami kerugian akibat jatuhnya harga flat panel TV dan menguatnya yen. Operasi tahunan pertama jebol. Akibat kinerja yang buruk, Sharp memotong perkiraan dividen tahunannya menjadi 21 yen per lembar dan merencanakan PHK 1.500 pegawai tidak tetap, serta mengurangi biaya hingga US$ 2,20 miliar. Pembuat LCD TV merek Aquos itu merupakan perusahaan teknologi terbaru yang menjadi korban resesi global.
Sharp Corp mengalami kerugian akibat jatuhnya harga flat panel TV dan menguatnya yen. Operasi tahunan pertama jebol. Akibat kinerja yang buruk, Sharp memotong perkiraan dividen tahunannya menjadi 21 yen per lembar dan merencanakan PHK 1.500 pegawai tidak tetap, serta mengurangi biaya hingga US$ 2,20 miliar. Pembuat LCD TV merek Aquos itu merupakan perusahaan teknologi terbaru yang menjadi korban resesi global.
Selain
krisis global, persaingan juga menyebabkan Sharp terpuruk. Sharp sebagai
pembuat LCD TV terbesar ketiga di dunia mendapat tantangan dari Samsung
Electronics Co Ltd dan LG Electronics Inc dari Korea yang beruntung karena mata
uangnya tidak terlalu bergolak.Sharp memotong penjualan TV LCD untuk tahun
bisnis sekarang 9,1% menjadi 10 juta unit.
Presiden
Direktur Sharp Electronics Indonesia, Fumihiro Irie, mengatakan hingga kini
belum ada PHK karyawan Sharp di Indonesia. Lain soal jika krisis berlanjut.
Untuk menghindari tekanan krisis, Sharp melakukan efisiensi segala proses
produksi. Biaya yang tidak berdmapak pada keuntungan, akan dihilangkan.
5.
Sony
Kepala Eksekutif Sony Corp, Kazuo Hirai, mempertimbangkan alternatif lain tahun depan setelah lini bisnis ponsel pintar (smartphone) terus menurun. Jika tahun depan masih merugi, tidak menutup kemungkinan Sony mengembangkan bisnis lain.
Kepala Eksekutif Sony Corp, Kazuo Hirai, mempertimbangkan alternatif lain tahun depan setelah lini bisnis ponsel pintar (smartphone) terus menurun. Jika tahun depan masih merugi, tidak menutup kemungkinan Sony mengembangkan bisnis lain.
Setelah
mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir, Hirai mampu merustrukturisasi
bisnis. Perbaikan bisnis mulai terasa dengan efisiensi biaya dan penghentian
lini bisnis yang merugi seperti produksi PC. Selain itu, Sony memperkuat
penjualan sensor gambar dan videogame. Sayangnya, lini bisnis ponsel pintar
terus menurun.
Meski
sedang dilanda kesulitan bisnis, pada ajang CES 2015 yang berlangsung di Las
Vegas, AS, awal bulan ini, Sony tetap memperkenalkan sejumlah gadget baru,
termasuk TV super tipis dan Walkman seharga belasan juta rupiah. Di ranah mobile phone Sony menghadapi persaingan keras.
Segmen bawah digerogoti perangkat-perangkat murah besutan vendor Asia,
sementara segmen atas dikuasai Apple dan Samsung yang sulit dikejar.
6.
NOKIA
Microsoft terus melakukan efisiensi di divisi mobile
Nokia yang dibelinya pada tahun 2013 senilai USD 7 miliar. Mereka mengumumkan
penutupan salah satu pabrik ponsel Nokia yang berada di Finlandia dan telah
mengumumkan PHK pada 7.800 karyawan, kebanyakan dari divisi ponsel. Akuisisi
divisi ponsel Nokia tidak menuai hasil seperti yang diharapkan karena Windows
Phone masih keteteran menghadapi Android dan iPhone.
Stephen
Elop yang adalah mantan CEO Nokia, juga sudah mengundurkan diri dari jabatan
Executive Vice President of Microsoft Devices & Services. Head of Phone
Division Jo Harlow, juga ikut hengkang dari Microsoft. CEO Microsoft, Satya
Nadella, menegaskan akan tetap fokus membesarkan bisnis ponsel. “Dalam jangka
pendek, kami akan menjalankan portofolio ponsel yang lebih fokus dan efektif,”
kata pria berdarah India ini. Microsoft di bawah kepemimpinan Nadella
ditengarai lebih mengutamakan bisnis software serta cloud.
7.
General Motor (GM) Indonesia
Pabrik milik General Motor (GM) Indonesia yang memproduksi mobil Chevrolet Spin di Bekasi akan menghentikan operasinya dan resmi ditutup pada Juni 2015. Penyebabnya, sejak berdiri 2013, perusahaan itu mengalami kerugian dan tidak mampu bersaing dengan produk sejenis.
Pabrik milik General Motor (GM) Indonesia yang memproduksi mobil Chevrolet Spin di Bekasi akan menghentikan operasinya dan resmi ditutup pada Juni 2015. Penyebabnya, sejak berdiri 2013, perusahaan itu mengalami kerugian dan tidak mampu bersaing dengan produk sejenis.
Sementara
itu, Direktur Keuangan GMI Manufacturing, Pranav Bhatt, mengatakan ditutupnya
pabrik GMI di Indonesia semata-mata karena alasan finansial, di mana penjualan
Chevrolet Spin tidak begitu menguntungkan. Biaya produksi tinggi, sementara
volumenya sedikit.
Menurut
dia, GMI akan tetap berada di Indonesia, namun tidak lagi menjual Chevrolet
Spin, melainkan akan fokus pada jenis mobil SUV dan pick up. (BA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar